SWARAPUBLIK – Rumah Intelektual Pemuda Muslim (RITME) sukses menggelar acara bedah buku 1 Negeri 3 Proklamasi di IPB University, menarik hampir 100 peserta dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan sekitarnya. Hadir dalam acara bertema “Sejarah Kemerdekaan dalam Persimpangan Ideologi” ini, penulis buku Nunu A. Hamijaya dan Beggy Rizkiyansyah, pendiri Jejak Islam Bangsa (@jejakislambangsa). Peserta beragam, dari mahasiswa, dosen, hingga rektor sebuah PTS di Tangerang.
Beggy membuka diskusi dengan menyoroti dinamika ideologi Islam, komunisme, dan nasionalisme sejak pra-kemerdekaan 1945. “Indonesia dibangun dari perdebatan, bukan akur-akuran,” tegasnya, merujuk pada diskursus sengit di BPUPKI, PPKI, hingga Sidang Konstituante.
Ia menilai buku ini kaya, tak hanya membahas sejarah, tetapi juga fiqih, hukum, agama, hingga hukum internasional. Beggy juga mengkritik stigmatisasi “radikal” terhadap wacana Islam politik, yang menurutnya bagian dari Islamofobia sejak era kolonial Belanda hingga Orde Baru. Ia menyerukan demistifikasi sosok S.M. Kartosuwiryo, menyoroti pemikirannya di bidang sosial, pendidikan, dan perempuan, di luar narasi politik semata.
Sementara itu, Nunu A. Hamijaya, sang penulis, mengupas politik historiografi yang memengaruhi narasi sejarah Indonesia. Ia menyebut historiografi nasional era Orde Baru cenderung sentralistrik, mengaburkan fakta sejarah seperti berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949, yang sah menurut hukum internasional berdasarkan Konvensi Montevideo 1903 dan Jenewa 1949. “NII bukan keputusan pribadi Kartosuwiryo, melainkan hasil Kongres Ulama di Tjisajong, 11 Februari 1948,” ungkapnya. Ia juga menekankan bahwa model Islam bernegara ideal merujuk pada perjuangan Rasulullah SAW, yang “menegarkan Islam, bukan mengislamkan negara.”
Husyari, peserta dari BEM IUQI Bogor, antusias dengan sudut pandang baru yang ia dapat. “Sejarah yang terkubur perlu diungkap untuk membangun Indonesia lebih cerah,” katanya. Acara ini menegaskan pentingnya literasi sejarah kritis di kalangan pemuda, di tengah narasi sejarah yang sering terdistorsi. Buku 1 Negeri 3 Proklamasi menjadi pegangan penting untuk memahami sejarah Islam bernegara secara ilmiah, relevan bagi gerakan kepemudaan yang mengusung masa depan Indonesia.***













