SWARAPUBLIK – Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum mengaku merasa bangga atas capaian Prof. Dr. Sri Rustianti, S. Sen., M. Sn menjadi guru besar dalam bidang Ilmu Seni Budaya Folklor.
“Hari ini ISBI Bandung menambah deretan guru besar, dengan dikukuhkannya Prof. Sri Rustianti,” Kata Rektor ISBI kepada wartawan di Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung pada Rabu tanggal 09 Agustus 2023.
Menurut Retno, gelar guru besar adalah capaian tertinggi akademik yang senantiasa didambakan para akademisi. Perjuangan Panjang seringkali memerlukan kesabaran, ketelitian, dan semangat luar biasa untuk menempuh prosesnya.
“Banyak suka duka yang dialami civitas akademika dalam pencapaian tersebut, bahkan kadang kandas karena waktu pensiun telah tiba,” Ujarnya.

Capaian ini, tegasnya, harus disyukuri sebagai rahmat yang tak terkira, baik untuk individu maupun Lembaga karena dengan demikian Prof. Sri Rustianti menambah deretan guru besar di ISBI Bandung yang memang masih sedikit.
“Semoga capaian akademik tertinggi dari Prof. Sri Rustianti, semakin menginspirasi dan berkontribusi besar pada penggalian pilar ISBI Bandung dalam konservasi, rekonstruksi, revitalisasi dan inovasi hinggatercipta ekosistem ketahanan budaya di negeri tercinta ini.
Disinggung pengertian mengenai Folklor, Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menjelaskan Folklor adalah cermin diri manusia, pahit getir hidup akan terungkap dalam folklor. Penelitian folklor sangat luas mencakup semua bentuk folklor di setiap suku bangsa di Indonesia.
“Lalu keterkaitannya dengan Lembaga ISBI Bandung, maka folklor diselaraskan dengan UU Pemajuan Kebudayaan. Hal ini menjadi penting dalam aplikasi OPK, baik pada program pelestarian, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan yang digulirkan pemerintah,” katanya.
“Pluralisme budaya Indonesia menjadikan folklore dengan berbagai bentuknya sebagai hutan belantara yang perlu dirambah dan dijajagi.” pungkas Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati.

Dalam kesempatan yang sama Prof. Sri Rustiyanti mengatakan orasi ilmiah Estetika Groteks: Refleksi Aistanomai Sebagai Penguatan Keilmuan Seni Budaya Folklor yang disampaikan pada saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Seni Budaya Folklor ISBI Bandung, sebagai refleksi perjalanan waktu yang panjang tidak instan.
Namun hal itu dilakukan secara simultan dan mengalir dengan berjalannya waktu selama mengabdi di kampus dan mengajar sejak 1993 kemudian diangkat menjadi PNS Dosen Tetap tahun 1994,
“Filosofi kerja saya yaitu Aku Dari Bubat, singkatan Akar Kuat Daun Rimbun Buah Lebat,” ujarnya.
Prof. Dr. Sri Rustiyanti menambahkan, Estetika Groteks yaitu perkembangan konsep estetika sebagai cabang ilmu filsafat yang sangat holistik, “Estetika Groteks sebagai penguatan kepakaran keilmuan Guru Besar saya di bidang ilmu Seni Budaya Folklor,” ujarnya.
“Pemahaman seni budaya folklor sangatlah holistik, karena mencakup semua bidang seni, baik seni sastra, seni pertunjukan maupun seni rupa,” ungkapnya.
“Adapun bidang ilmu kepakaran untuk usulan Guru Besar yaitu lebih difokuskan pada Folklor sebagai lisan yang merupakan lintas disiplin ilmu dengan background knowledge dan riwayat pendidikan irisan keilmuan yang saya tekuni dari kajian seni pertunjukan, kajian budaya, serta homebase di prodi Antropologi Budaya Fakultas Budaya dan Media,” katanya.
“Kronologi perjalanan Estetika Groteks diawali dengan pemikiran estetika APaRaPa yang diadopsi dari kearifan lokal di Minangkabau, yaitu filosofi Alaua Patuik Raso Pareso, estetika ini untuk menakar kompetensi penari dari tingkat dasar atau alua, madya atau pareso, hingga mahir atau raso pareso,” pungkas Prof. Dr. Sri Rustiyanti.***